Tuesday, December 25, 2012

(IBeasiswa) Buruan Kawan!!! Kesempatan beasiswa dari Data Print..



Hy kawan..
Saya ada info menarik nih..
Dalam rangka mencerdaskan bangsa, data print turut berperan dalam hal ini memberikan beasiswa bagi kalian yang memenuhi syarat. Caranya cukup mudah kok.
Ikuti aja langkah dan penuhi persyaratannya,, Gampangkan..
Selamat mencoba..

Info lebih lanjut silahkan klik Beasiswa Data Print atau Data Print

(Artikel) The Best Culture and Society of Tana Toraja in Lovely Desember’s Event



Tana Toraja adalah salah satu daerah di provinsi Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Toraja. Tana Toraja adalah kabupaten yang memiliki peran aktif dalam peranannya sebagai objek wisata yang handal dan menarik perhatian banyak pengunjung. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kebudayaan toraja yang masih dijaga dan terus dilestarikan yang memiliki keunikan tersendiri dan daya jual dalam lingkup objek pariwisata yang menarik masyarakat lokal dan nasional bahkan internasional untuk berkunjung setiap tahunnya.
Kebudayaan toraja sangat menarik perhatian bagi pengunjung yang datang. Berbagai macam budaya yang memiliki keunikan tersendiri dan menjadi nilai jual tinggi yang harus dijaga dan dilestarikan terdapat di Tana Toraja. Kebudayaan tersebut  masih sangat kental akan kepercayaan-kepercayaan yang diyakini dan sampai saat ini terus dilestarikan. Beberapa kebudayaan tersebut biasanya ditampilkan saat pergelaran upacara pernikahan, kelahiran sampai dengan upacara kematian. Upacara-upacara yang dilakukan sangat menarik perhatian dan memiliki nilai keunikan yang sangat tinggi sehingga orang yang melihat akan merasa kagum dengan kemeriahan dan segala estetika yang ditampilkan.
Selain upacara-upacara menarik yang masih terus dipertahankan sampai saat ini, Tana Toraja atau yang biasa disingkat TATOR ini juga memiliki berbagai macam event dan kegiatan yang tak kala menarik dan berestetika tinggi. Event-event tersebut terangkum secara kompleks dan menarik yang biasa disebut dengan “Lovely Desember” yang digelar pada bulan desember.
Lovely Desember ini memiliki berbagai macam event dan kegiatan yang dirancang sedemikian menariknya dan menampilkan kebudayaan toraja dengan pengkolaborasian yang sangat menarik dan berestetika tinggi di tiap event yang ditampilkan. Event-event tersebut tersusun secara teratur dan akan memberikan pengalaman menarik bagi yang menyaksikan.
Tidak hanya itu, masyarakat Tana toraja juga terkenal dengan keramahannya dalam menyambut masyarakat lain/pengunjung yang mendatangi daerah ini. Pemateri yang berasal dari Jerman saat mengisi acara seminar internasional yang dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa “ The best people in the world is people of Toraja”. Ini kemudian menjadi bukti bahwa pengakuan kebaikan dan keramahan orang toraja tidak hanya datang pada orang lokal dan nasional saja melainkan juga datang dari orang-orang internasional.

Beberapa gambar Kebudayaan dan Masyarakat Tana Toraja (http://flybeach-emotion.blogspot.com/2010/12/tana-toraja.html):    

Toraja's Cerimony

 Funeral Ritual Rambu Solo

 Funeral Ritual

 Hanging Graves

 Toraja's Man in Tongkonan House

 Toraja's Old Women

 Toraja's Girl's

Toraja's Ritual

 Funeral Ritual Rambu Solo



  Toraja's Cave Cemetary

Untuk itu, pastikan diri anda untuk datang dan menyaksikan berbagai macam event tersebut dan menjadi saksi akan “The best culture and sociaty of Tana Toraja in Lovely Desember’s Event”.
Untuk info lebih lanjut mengenai Lovely Desember dan berbagai hal menarik lainnya mengenai pariwisata yang ada di Sulawesi Selatan, Silahkan klik My Makassar

Thursday, December 6, 2012

(Artikel) EKONOMI TERPIMPIN

EKONOMI TERPIMPIN


Sejarah Singkat Bung Hatta Sebagai Pemrakarsa Ekonomi Terpimpin.
Ekonomi terpimpin, kata itu bagi sejarahwan mungkin sudah tidak asing lagi. Pendirinya adalah Mohammad Hatta yang akrab disapa dengan sapaan Bung Hatta. Selain dikenal sebagai proklamator dan pendiri bangsa, beliau juga dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia dan bapak ekonomi Indonesia. Selama beliau hidup, beliau banyak mengabdikan waktunya untuk membaca buku. Sejarah telah mencatat bahwa beliau telah mempunyai koleksi lebih dari 10.000 buku yang berbahasa Jerman, Inggris, Perancis dan tentunya Indonesia.
Bung Hatta telah memulai untuk mengoleksi buku sejak beliau masuk sekolah dagang menengah Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta pada tahun 1919. Seperti tertulis di dalam buku memoarnya yang diterbitkan ulang tahun 2002, Bung Hatta telah mulai mengoleksi buku sejak ia masuk sekolah dagang menengah Prins Hendrik School (PHS) di Betawi tahun 1919. Ketika itu ia diajak pamannya, Mak Etek Ayub, singgah di sebuah toko buku antiquariat di daerah Harmoni. Mak Etek Ayub menunjukkan kepada Hatta beberapa buku yang dianggapnya penting untuk dibaca. Buku-buku tersebut adalah Staathuishoudkunde (Ekonomi Negara) dua jilid karya NG Pierson, De Socialisten (Kaum Sosialis) enam jilid yang ditulis HP Quack, serta karya Bellamy berjudul Het Jaar 2000 (Tahun 2000).
Ternyata, persoalan yang paling diminati oleh Bung Hatta ialah persoalan seputar tentang ekonomi, sehingga beliau berhasil membuahkan sebuah pemikiran ekonomi di Indonesia seperti ekonomi terpimpin. Sayangnya, di saat ini jarang sekali orang yang tertarik untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran Bung Hatta khususnya di bidang ekonomi. Pemikiran Bung Hatta dianggap telah kehilangan relevansinya.

Pengertian Ekonomi Terpimpin.
Ekonomi terpimpin secara istilah yang disebutkan Bung Hatta yaitu merupakan konsekuensi dan nasionalisme yang timbul sebagai bentuk dari perlawanan menentang kolonialisme dan imperialisme.
Prinsip ekonomi terpimpin sejalan dengan sila ke-5 pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dikarenakan adanya pemerataan pembagian kesejahteraan di semua lapisan masyarakat dan mereka dapat merasakannya.
Ekonomi terpimpin serupa dengan ekonomi sosialis. Menurut Bung Hatta ekonomi terpimpin merupakan rival dari sistem ekonomi liberal. Dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pihak pasar, sedangkan pemerintah tidak boleh campur tangan dalam hal tersebut. Atau juga ikut andil dalam mengatur keadaan pasar sehingga peraturan tersebut tidak memberikan gerak bebas bagi pasar.

Ekonomi Liberal dan Dampak Yang Terjadi Bagi Masyarakat.
Jika kita lihat lagi dampak yang ditimbulkan dari adanya ekonomi liberal, dengan demikian maka ketimpangan ekonomi, kesemena-menaan dan kesenjangan sosial akan terjadi. Karena yang kaya akan semakin menjadi kaya sedangkan yang miskin akan semakin menjadi miskin karena tidak adanya pemerataan ekonomi di seluruh lapisan masyarakat. Fakta lapangan telah mengatakan bahwa peran liberal hanya dimiliki oleh sekelumit orang saja yang mampu bertahan dalam keadaan tersebut yaitu pemilik modal, singkat kata merekalah pemilik modal, yang memonopoli pasar.
Demikian juga, kebijakan ekonomi Indonesia yang sedikit menganut ekonomi liberal dan tidak tegas yang hanya menguntungkan daerah kaya atau maju tetapi juga mengutungkan orang kaya. Misalnya saja terutama di masa Orde Baru kita melihat bagaimana konglomerat kalau meminjam uang dalam jumlah besar di bank tidak diwajibkan memiliki jaminan atau agunan, sementara pedagang kecil kalau pinjam uang di bank harus memenuhi macam-macam agunan dan kewajiban yang sulit dipenuhi.
Coba kalau kita berkaca kepada sebagian negara yang menggunakan asas ekonomi liberal seperti Amerika Serikat, maka ketidakmerataan pendapatan dalam penduduknya akan dapat sering anda lihat, sekalipun Amerika Serikat tergolong negara yang maju. Para pemilik modal dan jutawan tenar layaknya Donald Trump dan Bill Gates, keduanya akan mampu bertahan dan bahkan terus menguasai, mendominasi dan memonopoli pasar. Sedangkan masyarakat kalangan bawah dan menengah dipastikan akan menjadi korbannya.
Contoh bukti praktek ekonomi liberal di negara kita yang gamblang dapat kita lihat yaitu pada proyek minyak blok Cepu yang pada akhirnya infestor asing (Exxon Mobile) berhasil mengungguli Pertamina selaku perusahaan negara. Belum lagi Freeport di Papua yang dikuasai Infestor asing dari Amerika. Akibatnya eksploitasi tersebut hanya menguntungkan pihak infestor saja, sedangkan mereka tidak memperdulikan Indonesia selaku pemilik bahan bakunya.
Hal ini terjadi karena kurangnya adanya ketegasan dari pihak Indonesianya sendiri. Pemerintah takut akan resiko yang akan dihadapinya jika melaksanakan kebijakan yang dirasa akan merugikan pihak asing. Dengan demikian jika kita lihat dari contoh di atas maka keadilan sosial tidak akan tercapai dan jauh dari prinsip nasionalisme yang menjunjung tinggi asas keadilan sosial untuk masyarakatnya.
Lain halnya dengan ekonomi terpimpin yang condong mengadopsi pemikirannya dengan pemikiran ekonomi sosialis. Ekonomi terpimpin mempunyai sistem bahwa pemerintah harus turut aktif dalam kegiatan ekonomi.

Keunggulan Ekonomi Terpimpin.
Dalam konteks ini, kita bisa mengingat apa yang pernah ditulis Hatta pada saat dia masih berusia 26 tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa (ditulis Maret 1928). Begini ia menulis waktu itu: “Pemerintah harus banyak campur tangan dalam pelaksanaan Ekonomi Terpimpin dengan mengadakan petunjuk, tetapi harus bebas dari perbuatan birokrasi. Dalam pelaksanaan ekonomi yang berpedoman kepada prinsip murah, lancar, dan cepat, tidak ada yang lebih berbahaya dari pada birokrasi."
Dan juga pemerintah selayaknya turut pula memberikan aturan-aturannya. Supaya terciptanya pemerataan ekonomi di semua kalangan masyarakat, sehingga yang kaya tidak semakin kaya sedangkan yang miskin tidak semakin miskin. Coba kita kembali lagi berkaca kepada salah satu negara yang menggunakan sistem ekonomi sosialis seperti Republik Rakyat Cina. Maka kita akan melihat keadaan pendapatan masyarakatnya yang merata, sehingga tidak akan anda menjumpai permasalahan ketimpangan-ketimpangan ekonomi di negara ini, sekalipun negara ini negara yang mempunyai penduduk terbanyak di dunia. Bahkan buktinya, kini negara Republik Rakyat Cina mampu menjadi negara urutan ketiga yang pertumbuhan ekonominya melesat pesat setelah urutan pertama diduduki oleh Uni Eropa dan posisi urutan kedua diduduki oleh India. Dari contoh di atas, dengan itu keadilan sosial untuk rakyat niscaya akan tercapai, keadaan ekonomi akan bertambah baik dan kemajuan untuk negara akan diraih. Seperti yang sering digembar-gemborkan oleh Pancasila dalam silanya yang ke-5 yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” yang akan mengantarkan negara untuk memenuhi keadilannya dalam membagi kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan ini maka cita-cita nasionalisme akan tercapai. Berbicara masalah jenisnya, ekonomi terpimpin dibagi menjadi enam jenis, yaitu:

1. Ekonomi terpimpin menurut ideologi komunisme.
2. Ekonomi terpimpin menurut pandangan sosialisme demokrasi.
3. Ekonomi terpimpin menurut solidaroisme.
4. Ekonomi terpimpin menurut faham kristen sosialis.
5. Ekonomi terpimpin berdasar ajaran Islam
6. Ekonomi terpimpin berdasarkan pandangan demokrasi sosial.

Yang pasti dari enam aliran ekonomi terpimpin itu kesemuanya itu menolak adanya kepentingan individu, yang mana kepentingan orang banyak akan terkalahkan oleh kepentingan segelintir orang tersebut. Hal ini justru benar-benar terlihat dari sistem ekonomi liberal yang hanya menguntungkan per-individu saja sedangkan masyarakat banyak yang lebih membutuhkannya malah kenyataannya terabaikan.

Ekonomi Terpimpin dan Nasionalisme.
Pada hakikatnya, adanya konsep ekonomi terpimpin itu disambungkan dengan adanya konsep nasionalisme. Jadi selayaknya ekonomi terpimpin yang paling layak digunakan demi terhubungnya dengan prinsip nasionalisme adalah ekonomi terpimpin yang berdasarkan atas asas sosialisme demokrasi, yang kedua asas ini terkait dengan Pancasila yang berlaku sebagai landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nasionalisme merupakan bentuk atau cerminan dari gerakan yang mana gerakan tersebut memperjuangkan persatuan rakyat dan kesejahteraan rakyat. Nasionalisme lahir pada masa permulaan abad ke-20 sebagai reaksi atau bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Selain itu nasionalisme juga mempunyai beberapa gagasan yang berguna untuk menentang aksi kolonialisme, yaitu:

Aspek Politik.
Yang bertujuan untuk menghilangkan praktek politik asing yang kurang baik dan menggantinya dengan sistem pemerintahan yang berdaulat kepada rakyat.
Aspek sosial ekonomi.
Yang bertujuan untuk memberantas eksploitasi ekonomi asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemiskinan dan kesengsaraan.
Aspek budaya.
Yang bertujuan untuk mengembalikan kepribadian bangsa yang harus disesuaikan dengan perubahan zaman seperti sekarang. Hal ini bertujuan untuk menyaring kelayakan budaya luar negeri yang masuk ke dalam Indonesia yang disesuaikan dengan berbagai macam pandangan-pandangan. Jadi dengan berbagai penjelasan di atas, tentunya sudah kita lihat bahwa nasionalisme hanya pantas menggandeng dan disandingkan dengan sistem ekonomi terpimpin yang sesuai dengan prinsip-prinsipnya. Ekonomi terpimpin yang bersifat sosialis bersifat membatasi dalam menyikapi antara keikutsertaan pihak pemerintah dan pihak individu dalam kegiatan ekonominya, keterlibatan adanya campur tangan pemerintah atau negara adalah dibatasi. Sedangkan bagi pihak individu atau pemilik modal juga tidak 100% keberadaannya dimusnahkan. Mereka tetap boleh mempunyai hak untuk bergabung. Hanya saja antara pihak pemerintah dan pihak individu dalam ruang lingkup ekonomi terpimpin sosialis dibatasi. Hal ini diberlakukan hanya untuk mengupayakan terlebih dahulu kepentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Menurut Lerner dalam bukunya The Economics of Control, sistem ekonomi terpimpin yang berasaskan sosialis telah memasukkan kedalamnya beberapa dari unsur-unsur ekonomi liberal. Menurutnya ekonomi liberal dan ekonomi sosialis dapat disatukan dan didamaikan menjadi “Welfare Economics”, yaitu sebuah bentuk dari kemakmuran ekonomi. Hal ini telah dipraktekkan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa setelah perang dunia I. Pada sistem ekonomi terpimpin sosialis, ada hal yang harus dilaksanakan. Yang pertama ialah sumber ekonomi yang ada haruslah dikerjakan, supaya tidak adanya terbuka lahan baru untuk pengangguran akan tetapi membuka lahan baru untuk mencipitakan tenaga kerja. Kedua, membagi hasil pendapatan dengan adil merata tanpa ada jatah hasil pendapatan yang lebih besar dikarenakan pangkat atau derajat. Dengan diterapkannya hal ini, maka kesenjangan sosial atas yang kaya dan yang miskin tidak akan terjadi, semua rakyat akan menikmati hasilnya. Tulisan lain yang ditulis Hatta tahun 1957 yang masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini adalah tentang Kemiskinan dan kesenjangan. Begini waktu itu dia menulis:
".... Miskin tetap miskin dengan tidak ada perspektif. Keadaan masyarakat kita sekarang hanya menyatakan pertentangan hebat antara si kaya dan si miskin . Antara sekelompok manusia yang hidup mewah dengan banyak orang yang tidak berada. Tidak sedikit pula rakyat yang hidup menderita..."
Data Bappenas yang diumumkan baru-baru ini menunjukkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini naik menjadi 49,5 juta orang atau 24,23 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu 31,9 juta orang berada di pedesaan dan 17,6 juta orang di perkotaan. Bila dilihat secara geografis maka 59 persen penduduk miskin ada di Pulau Jawa dan Bali, 16 persen di Sumatera, serta 25 persen menyebar di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Kalau dipertanyakan lagi dari keadaan yang terjadi sekarang ini, itu terjadi bukanlah karena Indonesia negara yang miskin. Akan tetapi keadaan ini terjadi karena salahnya kebijakan pemerintah yang diambil. Yang selalu berpihak pada posisi yang kaya, khususnya pada zaman orde baru. Jadi apa yang diprihatinkan Hatta waktu itu ternyata sampai sekarang masih terjadi dan bahkan seperti telah diumumkan oleh Bappenas, jumlah orang miskin di Indonesia malah naik. Kesetaraan dalam lapisan masyarakat akan dapat diwujudkan, sehingga kesejahteraan di antara kalangan masyarakat akan dapat diraih secara keseluruhan. Ketiga, bentuk dari pemonopolian dan peng-oligopolian harus dihapuskan dalam kegiatan ekonomi. Karena hanya akan menyebabkan kerugian di salah satu pihak. Dan juga hanya akan menimbulkan eksploitasi yang melampaui batas dan pemborosan ekonomi yang besar pula. Bentuk Cita-cita Dari Ekonomi Terpimpin dan Demokrasi. Telah dijelaskan bahwa ekonomi terpimpin adalah suatu sistem ekonomi yang berlandaskan atas nasionalisme dan demokrasi. Menurut master ekonomi Indonesia yaitu Bung Hatta, tujuan ekonomi terpimpin dalam bidang demokrasi ialah negara mampu mencapai kemakmuran bagi hidup rakyatnya. Tiada lagi salah satu rakyat dari suatu negara itu yang tidak mendapatkan kenikmatan dari makmurnya suatu negara itu. Negara harus lebih mendahulukan kepentingan masyarakatnya terlebih dahulu daripada segelintir individu yang kepentingannya berbeda dengan rakyat. Akan tetapi individu tersebut tidaklah harus mutlak atau murni dihilangkan. Secara umum cita-cita dari adanya ekonomi terpimpin ada empat, yaitu yang pertama untuk membuka lapangan kerja bagi kesemua lapisan masyarakat. Secara otomatis maka angka pengangguran akan terkurangi bukannya justru menutup lapangan kerja bagi kesemua lapisan masyarakat seperti yang dipraktekkan oleh ekonomi liberal. Intinya tiada lagi angka kemiskinan. Yang kedua ialah adanya standarisasi hidup yang baik bagi masarakat banyak secara keseluruhan. Artinya dalam hal ini negara telah menjamin hidup masyarakatnya akan lebih baik dan sejahtera, seperti yang telah diidamkan mereka. Cita-cita yang ketiga ialah semakin berkurangnya ketidaksamaan ekonomi dengan memperata kemakmuran. Dengan ini, negara tersebut akan tumbuh menjadi negara yang maju dan rakyatnya akan mampu mengagungkan nama harum negaranya di dunia internasional.
Cita-cita yang keempat ialah untuk terciptanya keadilan sosial. Sehingga tidak akan ditemukannya lagi ketimpangan-ketimpangan ekonomi dalam kesemua masyarakatnya, sehingga ketidak-adilan pada masa orde baru seperti perhatian terhadap status kekayaan pada seseorang akan terhapuskan. Hal ini jelas-jelas telah menyinggung hak asasi manusia dan tidak layak untuk dijadikan sebagai pegangan.
Harapan saya, Indonesia dalam kegiatan ekonominya mengikuti jejak ekonomi terpimpin. Dan Indonesia dapat berubah menjadi wujudnya yang sejahtera, masyarakat yang ada di dalamnya akan makmur sejahtera dan diakui kesejahteraannya oleh dunia Internasional, sehingga Indonesia tidak gampang diremehkan oleh negara lain seperti sekarang ini, baik dalam hal ekonomi maupun birokrasinya. Selain itu juga dapat mengambil kembali gelar Macan Asia yang sudah sempat terkembang pada zaman pemerintahan orde baru.

Wednesday, December 5, 2012

(Artikel) PEMANFAATAN LIMBAH Sargassum sp. SEBAGAI SOLUSI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI MASA DEPAN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR

A.    Judul  
PEMANFAATAN LIMBAH Sargassum sp. SEBAGAI SOLUSI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF DI MASA DEPAN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR
B.     Latar Belakang Masalah
Sektor  energi di Indonesia mengalami masalah serius, karena laju permintaan energi di dalam negeri melebihi pertumbuhan pasokan energi. Minyak mentah dan BBM sudah diimpor guna mengatasi permintaan yang melonjak dari tahun ke tahun sehingga ketahanan energi nasional rentan terhadap fluktuasi harga dan pasokan/permintaan minyak mentah dunia.
Energi Baru dan Terbarukan (EBT) harus mulai dikembangkan dan dikuasai sejak dini, dengan mengubah pola fikir (mind-set) bukan sekedar sebagai energi altenatif dari bahan bakar fosil tetapi harus menjadi penyangga pasokan energi nasional dengan porsi EBT > 17% pada tahun 2025 (Lampiran II Keppres no.5/2006 tentang Kebijakan Energi nasional) berupa biofuel >5%, panas bumi >5%, EBT lainnya >5%, dan batubara cair >2%, sementara energi lainnya masih tetap dipasok oleh minyak bumi <20 bumi="bumi" gas="gas">30% dan Batubara >33%. Pemerintah berkomitmen mencapai visi 25/25, yaitu pemanfaatan EBT 25% pada tahun 2025.
Berkurangnya sumber bahan bakar minyak di Indonesia ditambah dengan laju penggunaannya yang meningkat mendorong berbagai kalangan untuk mencari sumber-sumber energi baru untuk menggantikan minyak bumi, salah satunya adalah bahan bakar nabati. Bahan bakar berbasis nabati diharapkan dapat mengurangi terjadinya kelangkaan BBM, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan, sehingga lebih ramah lingkungan. Salah satu contoh bahan bakar nabati adalah bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dari bahan-bahan bergula, berpati, atau berserat. Bahan baku yang biasa digunakan sebagai bioetanol antara lain adalah singkong atau ubi kayu, tebu, nira, sorgum, nira nipah, ubi jalar, ganyong, rumput laut dan lain-lain.
Dalam pengolahannya sebagai bioetanol, komponen utama dalam rumput laut (pati) merupakan komponen yang akan dikonversi menjadi bietanol. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui pengaruh hidrolisis asam dari rumput laut terhadap perolehan fermentable sugar dalam proses pembuatan bioetanol. Dengan penelitian lebih lanjut, diketahuinya ini akan membantu produsen bioetanol untuk mengetahui spesies yang dapat menghasilkan bioetanol yang baik, dilihat dari jumlah pati yang dihasilkan spesies tersebut setelah dihidrolisis.
Di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan, limbah rumput laut khususnya Sargassum sp. banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai proses pemanfaatan limbah tersebut sehingga limbah-limbah Sargassum sp. tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada pemanfaatan yang baik dari masyarakat. Oleh karena itu, melalui tulisan ini sekiranya dapat diperoleh informasi mengenai cara pemanfaatan limbah-limbah tersebut agar bias dijadikan bahan bakar.
C.    Rumusan Masalah
1.      Apa saja manfaat dari rumput laut coklat (Sargassum sp.) ?
2.      Apa saja komposisi kimia yang terdapat pada rumput laut coklat (Sargassum sp.) yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif?
3.      Bagaimana cara memanfaatkan rumput laut coklat (Sargassum sp.) sebagai bahan bakar alternatif ?
D.    Tujuan
Tujuan dari Penulisan Karya Ilmiah ini adalah :
1.      Untuk mengidentifikasi manfaat dari berbagai jenis rumput laut coklat (Sargassum sp.Untuk mengidentifikasi komposisi kimia yang terdapat pada Sargassum sp. yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif. Untuk mengetahui cara memanfaatkan Sargassum sp.  khususnya sebagai bahan bakar alternatif.
E.     Luaran yang Diharapkan
Dengan adanya tulisan ini, diharapkan masyarakat khususnya masyarakat pesisir dapat memanfaatkan berbagai jenis Rumput Laut khususnya Limbah Sargassum sp. sebagai bahan bakar alternatif, baik di produksi dalam skala rumah tangga maupun dalam skala industri agar limbah-limbah Sargassum sp. tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pesisir.
F.     Kegunaan
Kegunaan dari tulisan ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai manfaat dan kandungan dari berbagai jenis rumput laut khususnya Sargassum sp. yang ada di Indonesia, dan dengan adanya tulisan ini masyarakat diharapkan mampu mengolah dan memanfaatkan Sargassum sp. sebagai bahan bakar alternatif yang bias dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya masyarakat pesisir.
G.    Tinjauan Pustaka
 Sargassum sp. adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari family sargassaceae. Klasifikasi Sargassum sp . (Anggadiredja et al. 2006) adalah sebagai berikut :
                              Divisio        :       Thallophyta
                              Kelas           :       Phaeophyceae
                              Bangsa        :       Fucales
                              Suku           :       Sargassaceae
                              Marga         :       Sargassum
                              Jenis            :       Sargassum sp.
Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis di dunia. Jenis-jenis Sargassum sp yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat, 1999). Bentuk Sargassum sp dapat dilihat pada Gambar 1.


 Gambar 1. Rumput laut coklat (Sargassum sp)
Sargassum sp. memiliki bentuk thallus gepeng, banyak percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung atau meruncing (Anggadiredja et al., 2008). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat serta adanya flagel (Tjondronegoro et al., 1989). Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu. Di Kepulauan Seribu (Jakarta) alga ini biasa disebut oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium dan barium (Aslan, 1999). Pada umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat ). Daerah ini akan kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir dan terdapat pula pada karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat rumput laut coklat (Atmadja dan Soelistijo, 1988).
Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik.. Rumput laut coklat memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya (Maharani dan Widyayanti 2010).
Rumput laut (sargassum sp.) telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber gizi, rumput laut  memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti A,B1,B2,B6,B12, dan C; betakaroten; serta mineral, seprti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium.
Hidrokoloid dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain.
H.    Metode Penulisan
Metode penulisan pada tulisan ini yaitu menggunakan pendekatan deskriptif dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber seperti Buku, Skripsi, Tesis, Artikel, dan Literatur-literatur lain yang berasal dari Internet.
I.       Hasil dan Pembahasan
Rumput Laut (Sargassum sp.)
Rumput laut (sargassum) adalah salah satu jenis alga yang hidup di perairan dan merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Rumput laut dikenal juga dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari makro alga yang tergolong dalam divisi Thalophyta (Winarno, 1996).
Komposisi kimia rumput laut bervariasi karena perbedaan individu, spesies, habitat, kematangan, dan kondisi lingkungannya. Komponen utama dari alga adalah karbohidrat sedangkan komponen lainnya yaitu protein, lemak, abu (sodium dan potasium) dan air 80-90% (Chapman 1970). Komposisi kimia Sargassum menurut Yunizal (2004) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Sargassum sp dari Kepulauan Seribu
Komposisi Kimia
Persentase (%)
Karbohidrat
19,06
Protein
5,53
Lemak
0,74
Air
11,71
Abu
34,57

Pemanfaatan Sargassum sp. sebagai Bahan Bakar Alternatif
            1.      Hidrolisis Asam
            Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua bagian dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk mengkonversi polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana. Satu bagian dari molekul memiliki ion hidrogen (H+) dan bagian lain memiliki ion hidroksil (OH-). Umumnya hidrolisis ini terjadi saat garam dari asam lemah atau basa lemah (atau keduanya) terlarut di dalam air. Reaksi umum yakni sebagai berikut:
AB + H2O à AH + BOH
            Akan tetapi, dalam kondisi normal hanya beberapa reaksi yang dapat terjadi antara air dengan komponen organik. Penambahan asam, basa, atau enzim umumnya dilakukan untuk membuat reaksi hidrolisis dapat terjadi pada kondisi penambahan air tidak memberikan efek hidrolisis. Asam, basa maupun enzim dalam reaksi hidrolisis disebut sebagai katalis, yakni zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi (Lowry, 1987). Hidrolisis secara kimiawi umumnya menggunakan asam. Hidrolisis secar asam ini memiliki kelebihan karena murah dan mudah digunakan. Asam yang sering dipergunakan adalah asam sulfat, asam klorida dan asam fosfat. Beberapa polisakarida biasanya terhidrolisis oleh asam mineral seperti H2SO4. Selain asam mineral, asam-asam organik seperti asam oksalat, asam trikloroasetat dan asam inflouroasetat juga dimanfaatkan sebagai katalis dalam proses hidrolisis pati (Tjokroadikoesoemo, 1986). Hidrolisis asam dapat dikategorikan melalui dua pendekatan umum, yaitu hidrolisis asam konsentrasi tinggi pada suhu rendah dan hidrolisis asam konsentrasi rendah pada suhu tinggi. Pemilihan antara dua cara tersebut biasanya didasarkan pada beberapa pertimbangan seperi laju hidrolisis, tingkat degradasi, produksi dan biaya total proses produksi (Kosaric et al., 1983).
            Hidrolisis asam merupakan proses yang dilakukan secara acak atau tidak spesifik. Pada hidrolisis selulosa secara asam untuk menghasilkan gula, terbentuk pula 5-hidroksimetil-2-2 furfuraldehida atau disebut juga hidroksimetilfurfural (HMF) akibat penguraian glukosa pada suasana asam. HMF ini akan terus bereaksi membentuk asam-asam organik seperti asam levulinat dan asam format pada suasana asam dan suhu tinggi (Ulbricht et al., 1984). Pada umumnya komponen terlarut yang terdapat pada hasil hidrolisis asam polisakarida adalah xilosa, glukosa, selobiosa, furfuraldehida, hidroksimetilfurfural dan asam-asam organik seperti asam format, asam levulinat serta asam asetat (Tsao et al., 1978).
                  2.      Fermentasi Bioetanol
            Bioetanol merupakan istilah untuk etanol yang terbuat dari bahan baku nabati dan diproduksi oleh mikroorganisme melalui proses yang disebut fermentasi. Etanol merupakan nama trivial dari etil alhokol (C2H5OH), sering pula disebut alkohol saja. Bentuknya berupa cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang khas. Penggunaan etanol yang terbanyak adalah sebaga pelarut sebesar 40% untuk membuat asetildehid 36% untuk penggunaan secara kimiawi yang lain 15%, serta eter, glikol eter, etil asetat dan khoral 9% (Paturau, 1981). Jika dibakar, etanol menghasilkan karbondioksida dan air. Dengan mencampur etanol dan bensin, maka dapat dihasilkan bahan bakar campuran yang dapat terbakar dengan sempurna dan dapat mengurangi emisi pencemaran udara. Menurut Hambali et al. (2007), bioetanol memiliki kerakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin berbasis petrokimia karena beberapa hal:
1.      Bioetanol mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
2.      Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat menggantikan fungsi bahan aditif seperti metil tetra butil eter dan tetra etil timbal.
3.      Bioetanol memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan bensin hanya 85-96
4.      Bioetanol bersifat ramah lingkungan, karena gas buangnya rendah terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai karbon monokdisa, nitrogen oksida, dan gas-gas rumah kaca.
5.      Bioetanol mudah terurai dan aman karena tak mencemari air.
6.      Bioetanol dapat diperbaharui (renewable energy) dan proses produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi bensin.
            Umumnya, penggunaan bioetanol masih dalam bentuk campuran dengan bensin pada konsentras 10% (E-10) yaitu 10% bioetanol dan 90% bensin. Campuran bioetanol dalam bensin disamping dapat menambah volume BBM, juga dapat meningkatkan nilai oktan hingga mencapai poin ON 92-95. Selain itu, penambahan etanol dalam bensin dapat berfungsi sebagai pengganti MTBE (metil tetra butil eter) yang sekarang ini banyak digunakan sebagai bahan aditif alam bensin (Hambali et al., 2007).
            Etanol dapat diperoleh dari hasil proses fermentasi. Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia pada substrat organik, baik karohidrat, protein, lemak atau lainnya oleh mikroba spesifik (Prescott dan Dunn, 1981). Mikroorganisme yang dipakai dalam fermentasi etanol umumnya adalah khamir. Khamir yang biasa digunakan untuk menghasilkan etanol adalah Saccharomyces cereviseae. Produk metabolit utama adalah etanol, CO2, dan air, sedangkan beberapa produk lain dihasilkan dalam jumlah sedikit. Khamir ini bersifat fakultatif anaerobik (Oura, 1983).
            Untuk substrat dari rumput laut, telah dilakukan beberapa penelitian sebelumnya namun jumlahnya masil belum banyak. Dari hasil penelitian yang dilakukan, antara lain diperoleh kadar etanol sebesar 4,1% (b/v) yang diproduksi dari rumput laut jenis Gelidium amansii (Kim, 2008) dan dari hasil penelitian Devis (2008) yang memproduksi bioetanol dari bahan limbah karaginan Euchema cottonii dihasilkan etanol berkadar 3,28 % (b/v).
            Menurut Reed dan Rehm (1981), Saccharomyces cerevisiae sering dipakai pada fermentasi etanol karena menghasilkan etanol yang tinggi, toleran terhadap kadar etanol tinggi, mampu hidup pada suhu tnggi, tetap stail selama kondisi fermentasi dan dapat bertahan hidup pada pH rendah. Harrison dan Graham (1970) menambahkan bahwa Saccharomyces cerevisiae dapat toleran terhadap alkohol yang cukup tinggi (12-18 % v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-320C. Kunkee dan Mardon (1970) menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae mampu memfermentasi glukosa, sukrosa, galaktosa serta rafinosa. Secara umum, mikroorganisme ini dapat tumbuh dan memfermentasi gula menjadi etanol secara efisien pada pH 3,5-6,0 dan suhu 28-350C. Pada kondisi anaerobik, khamir memetabolisme gula menjadi etanol. Secara sederhana proses fermentasi etanol dari bahan baku yang mengandung gula terlihat pada reaksi berikut:
C6H12O6 à 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP + 5 Kkal
            Setiap mol glukosa terfermentasi menghasilkan dua mol etanol, CO2 dan ATP. Oleh karena itu, secara teoritis setiap garam glukosa memberikan 0,51 g etanol (Oura, 1983).
Metode untuk mengetahui pengaruh hidrolisis asam terhadap perolehan fermentable sugar
a.       Identifikasi Jenis Karbohidrat pada Rumput Laut
Langkah kerja preparasi sampel dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Langkah kerja preparasi sampel HPLC
1.      Kemudian Sampel dimasukkan ke dalam venojek yang terlebih dahulu telah disterilkan. Kemudian ditutup rapat-rapat dan langsung dianalisis dengan menggunakan HPLC.
2.      Selanjutnya adalah penginjeksian sampel ke dalam perangkat HPLC. Sampel diuji dengan HPLC dengan menggunakan 3 jenis kolom yang berbeda untuk analisis karbohidrat.
3.      Semua data yang didapat kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan membandingkan hasil kromatogram dari 3 jenis kolom yang berbeda dengan menggunakan uji “Completely Randomized Design” pola faktorial 3 x 3.
b.      Sakarifikasi dengan Hidrolisis Asam
Hidrolisis polisakarida dilakukan secara asam. Sebanyak 5 % bahan digunakan dalam larutan H2SO4. Untuk penentuan perlakuan hidrolisis asam yang digunakan, dipilih dua faktor yaitu konsentrasi asam dan waktu hidrolisis. Konsentrasi asam yang dipilih adalah lima taraf yakni 0,25 %, 0,5 %, 1,0 %, 1,5 % dan 2,0 % (v/v). Untuk waktu hidrolisis yang digunakan dipilih dua taraf yakni 10 dan 20 menit. Proses hidrolisis dilakukan dalam autoclave pada suhu 121 oC dengan tekanan 1 kg/cm2 dengan dua kali ulangan. Hasil dari hidrolisis dianalisis kadar gula pereduksi dan total gulanya dan dipilih perlakuan terbaik berdasarkan parameter tersebut. Prosedur perlakuan ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Alir Sakarifikasi dengan Hidrolisis Asam
c.       Analisis Hasil Hidrolisis Asam
Karakterisasi hasil hidrolisis asam meliputi analisis jenis gula, gula total, jenis monosakarida penyusun karbohidrat, dan derajat hidrolisisnya.
d.      Persiapan Kultur Saccharomyces cerevisiae
Isolat khamir Saccharomyces cerevisiae diremajakan pada media PDA dan diinkubasi selama 2 hari. Setelah itu isolat ditumbuhkan kembali dalam 30 ml media YGMP (± 9 ose/30 ml) yang terdiri daei ekstrak khamir 5 g/l, malt ekstrak 5 g/l, glukosa 10 g/l, dan pepton 5 g/l. Inkubasi dilakukan pada shaker berkecepatan 120 rpm pada suhu kamar (28-300C) selama 24 jam.
e.       Proses Fermentasi
Larutan substrat dihidrolisis yang telah disaring dan diambil filtratnya, kemudian dipekatkan hingga total gula sekitar 10%. Campuran ditambahkan pupuk NPK dan ZA masing-masing sebanyak 0,0% dan 0,15% dari volume larutan substrat. Volume yang digunakan adalah 300 ml. Selanjutnya larutan diatur pHnya hingga mencapai pH ± 5 menggunakan NaOH 1 N, kemudian sebelum substrat ditambahkan inokulum starter, dilakukan terlebih dahulu pasteurisasi pada suhu ± 850C selama 5 menit. Inokulum starter yang ditambahkan sebesar 10% dari volume substrat.
Proses fermentasi berlangsung pada sistem tertutup selama 72 jam dalam suhu ruang. Labu ditutup dengan sumbat dan dihubungkan selang yang dimasukkan ke gelas ukur dalam air untuk mengukur laju gas CO2 yang dihasilkan dari proses fermentasi. Hasil fermentasi kemudian dianalisa dengan terlebih dahulu dipasteurisasi pada suhu ± 650C selama 30 menit untuk mengaktifkan mikroorgnisme. Proses fermentasi secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Alir Proses Fermentasi Bioetanol
J.      Simpulan dan Saran
1.      Simpulan
Kesimpulan dari tulisan ini adalah :
Ø  Beberapa manfaat dari Sargassum sp. adalah dapat dijadikan sebagai bahan makanan, minuman, obat-obatan, cat, kertas, bahan bakar, dan lain-lain
Ø  Komposisi kimia yang terdapat pada sargassum sp. antara lain Karbohidrat, Protein, Lemak, Air, dan Abu.
Ø  Cara memanfaatkan sargassum sp. untuk dijadikan bahan bakar adalah dengan cara Fermentasi yang nantinya akan menghasilkan bahan bakar berupa biogas dan bioetanol.
2.      Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai beberapa jenis rumput laut khususnya jenis rumput laut yang tidak termanfaatkan dengan baik namun bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternatif maupun sesuatu yang bermanfaat lainnya, mengingat begitu besar potensi Sumberdaya Alam yang ada di negara kita.
K.    Daftar Pustaka
Anggadireja, J Zatnika, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya. hal. 39-47.

Aslan LM. 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Atmadja WS, Soelistijo. 1988. Beberapa aspek vegetasi dan habitat tumbuhan laut bentik di pulau-pulau Seribu. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Chapman VJ. 1970. Seaweeds and Their Uses . London : Metheun & Co. LTD.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Statistik Departemen Kelautan dan Perikanan 2007. Jakarta: DKP.

Hambali E, Mudjadlipah S, Tambunan AH, Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Kim, G.S. 2008. Method of Producing Biofuel Using Sea Algae. Patent Application Korea PCT/KR2008/001102.
Maharani MA, Widyayanti. 2009. Pembuatan alginat dari rumput laut untuk menghasilkan produk dengan rendemen dan viskositas yang tinggi. Universitas Dipenogoro.

Oura, E. 1983. Reaction Product of Yeast Fermentation. Di dalam H. Dellweg (ed). Biotechnology Volume III. Academic Press, New York.

Paturau, J.M. 1981. By Products of Yeast Fermentations : An Introduction to Their Industrial Utilization. Elsevier Scientific Publ.Co., Amsterdam.

Prescott SC, Dunn CG. 1981. Industrial Microbiology. New York : McGraw-Hill Book Co.Ltd.

Rahcmat R. 1999. Kandungan dan karakteristik fisiko kimia alginat dari Sargassum sp. yang dikumpulkan dari perairan Indonesia. Jakarta : Laboratorium Produk Alam Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI.

Tjokroadikoesoemo, P. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Gramedia, Jakarta

Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Kusumaningrat T, Gunawan AW, Jaelani M,Suwanto A. 1989. Botani Umum II . Bogor: Pusat Antar Universitas IlmuHayat, Institut Pertanian Bogor .

Tsao, G.T., M. Ladisch, T.A. Hsu, B. Dale, C. Ladisch dan T. Chou. 1978. Fermentation Substrates from Cellulosic Materials : Production of Fermentable Sugars from Cellulosic Materials. Di dalam.  D. Perlman (ed). Annual Reports on Fermentation Processes Volume 2. Academic Press, New York.

Ulbricht, R.J., J. Sharon dan J. Thomas. 1984. A Review of 5-hydroxymethylfurfural (HMF) in parental solutions. Fundamental Appl. Toxicol. 4: 843-853

Winarno FG. 2010. Enzim Pangan. Bogor : M-BRIO Press.

Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat . Jakarta : Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.