Saturday, March 16, 2013

(Artikel) Penurunan Mutu dan Kualitas Ikan



PENURUNAN MUTU IKAN AKIBAT PROSES PEMBUSUKAN IKAN

Terdapat beberapa komponen utama daging ikan (pada saat hewan masih hidup disebut otot) yaitu air, lemak dan protein. Kadar protein umumnya sekitar 15-20%, sementara kadar lemak sangat bervariasi antara 0.5% sampai lebih dari 20% tergantung jenis ikan dan kondisi lingkungan. Pada beberapa jenis ikan, lemak tidak disimpan didalam otot (daging) tetapi disimpan didalam hati. Air merupakan unsur utama, dengan variasi sekitar 7-80%. Karbohidrat, mineral, vitamin dan beberapa komponen larut air lainnya terdapat dalam jumlah sedikit. Pembusukan berlangsung segera setelah ikan mati. Proses kerusakan ikan segar merupakan proses yang agak kompleks dan disebabkan oleh sejumlah sistem internal yang saling terkait. Faktor utama yang berperan dalam pembusukan adalah proses degradasi protein yang membentuk berbagai produk seperti hipoksantin, trimetilamin, terjadinya proses ketengikan oksidatif dan pertumbuhan mikroorganisme. Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan dengan daging mamalia.
Kebusukan ikan mulai terjadi segera setelah proses rigor mortis selesai. Faktor yang menyebabkan ikan cepat busuk adalah kadar glikogennya yang rendah sehingga rigor mortis berlangsung lebih cepat dan pH akhir daging ikan cukup tinggi yaitu 6.4–6.6, serta tingginya jumlah bakteri yang terkandung didalam perut ikan. Bakteri proteolitik mudah tumbuh pada ikan segar dan menyebabkan bau busuk hasil metabolisme protein. Pada ikan hidup, makanan dalam saluran pencernaan diolah menjadi komponen-komponen sederhana, seperti gula dan asam amino, yang diserap oleh darah. Darah mengirim komponen-komponen ini kebagian tubuh yang membutuhkan, khususnya otot. Produksi komponen-komponen ini diinduksi oleh enzim, yang ada didalam saluran pencernaan maupun yang ada didalam otot. Setelah ikan mati, enzim-enzim ini masih tetap aktif. Akibatnya, terjadi proses autolisis atau penghancuran diri sendiri yang akhirnya akan mempengaruhi flavor, tekstur, dan penampakan ikan. Proses autolisis karena aktivitas enzim ini dapat dilihat pada daging ikan. Secara fisik daging ikan yang telah mati (pasca mortem) mula-mula akan kehilangan elastisitasnya (tahap pre-rigor), kemudian terjadi kekakuan daging (tahap rigor-mortis) dan proses autolisis lebih lanjut akan menyebabkan daging menjadi lunak atau lemas lagi (tahap post-rigor). Reaksi autolisis bisa berlangsung secara cepat, misalnya pada ikan kecil berkadar lemak tinggi. Kerusakan awal biasanya terjadi pada bagian perut, karena aktivitas enzim di dalam saluran pencernaan dan menyebabkan pelunakan dibagian perut ikan. Sebagai contoh, proses autolisis ikan sarden bisa berlangsung hanya beberapa jam setelah penangkapan. Kecepatan proses autolisis sangat tergantung pada suhu. Penyimpanan ikan pada suhu dingin (hanya sedikit diatas suhu beku ikan) walaupun tidak menghentikan proses autolisis tetapi dapat memperlambat aktivitas enzim sehingga memperlambat kecepatan reaksi autolisis.
Selain penyimpanan dingin, aktivitas enzim bisa pula dikontrol dengan metode pengawetan lainnya seperti penggaraman, penggorengan dan pengeringan. Aktivitas enzim akan terhenti oleh proses pemanasan. Suhu tinggi akan mempercepat proses rigor mortis, karena peningkatan suhu akan mempercepat reaksi biokimiawi. Untuk mempertahankan keawetan ikan, maka proses rigor-mortis ini diperlambat selama mungkin agar pertumbuhan bakteri dan reaksi enzimatis dapat dicegah. Pada tahap awal, mikroorganisme akan dijumpai pada lendir permukaan, insang dan saluran pencernaan ikan. Waktu yang dibutuhkan mikroorganisme untuk berpenetrasi dari kulit kedalam daging ikan bervariasi tapi diperkirakan sekitar 3-4 hari. Pertumbuhan mikroorganisme akan menyebabkan penyimpangan bau dan flavor. Walaupun begitu, ikan segar sendiri jarang menyebabkan keracunan pangan karena sebelum toksin terbentuk, pertumbuhan bakterinya cenderung membuat daging sudah tidak layak lagi untuk dimakan. Perlu diperhatikan, ada banyak jenis mikroorganisme dan masing-masing memiliki kondisi optimum untuk pertumbuhannya. Sehingga akan terlihat beberapa mikroorganisme menjadi dominan, tergantung pada kontaminasi awal, sifat bahan pangan, suhu dan kondisi lainnya. Dengan penyimpanan dingin pada suhu sekitar 0oC, pertumbuhan bakteri pembusuk akan berhenti/diperlambat dan kecepatan pembusukan dapat diperlambat. Suhu ruang, ketersediaan air dan oksigen akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Pada kondisi ruang, ketersediaan air dan oksigen mempunyai pengaruh yang besar pada aktivitas mikrobiologi.
Kecepatan proses kerusakan ikan selama pencairan es tergantung pada kecepatan pencairan es (proses thawing). Jumlah es yang diberikan harus dapat mempertahankan suhu ikan tetap pada 0°C dengan proses thawing cepat, akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan proses thawing yang lambat. Proses thawing cepat akan meminimalkan keluarnya cairan dan komponen larut air dari tubuh ikan. Jika ikan kontak dengan permukaan seperti kayu, logam atau ikan lain, penyimpangan bau akan meningkat. Tidak adanya oksigen pada kondisi ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan aktivitas bakteri anaerobik. Karena mikroorganisme merupakan penyebab utama kerusakan ikan, maka kita harus memberi perlakuan-perlakuan khusus untuk menghindari kondisi-kondisi yang mempercepat pertumbuhan mikroorganisme. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat sangat cepat pada suhu tinggi dan kondisi yang tidak higienis. Sehingga, untuk memperlambat kerusakan karena aktivitas mikroorganisme, ikan harus didinginkan segera setelah penangkapan dan disimpan pada kondisi higienis. Beberapa perubahan kimiawi yang disebabkan oleh aktivitas enzim, biasanya terjadi sebelum berlangsungnya kerusakan karena aktivitas mikroorganisme. Reaksi enzim ini terkait dengan proses rigor mortis. Proses ini mengakibatkan terjadinya dekomposisi beberapa komponen kimia, yang menyebabkan penyimpangan bau dan flavor ikan. Kerusakan protein dan oksidasi lemak biasanya terjadi pada tahap akhir dari proses kerusakan ikan. Kecepatan reaksi oksidasi lemak akan tergantung pada jenis ikan (ukuran, kadar lemak, musim). Trimetil amin oksida (TMAO), yang terdapat da-lam semua ikan laut, biasanya tidak ada didalam ikan air tawar. Pemecahan TMAO menjadi trimetil amin (TMA) merupakan reaksi penting dari kerusakan ikan secara enzimatis. Kandungan TMAO biasanya digunakan sebagai indikator dari kesegaran ikan. Selain itu, penentuan kandungan amoniak (hasil pemecahan urea) pada beberapa ikan, seperti hiu, juga penting untuk menentukan kesegaran ikan.

(Informasi) Peta


Dalam kehidupan kita sering melakukan perpindahan tempat dari satu daerah kedaerah lainnya. salah satu cara yang biasa digunakan untuk melakukan perpidahan agar berjalan lancar. orang-orang biasanya menggunakan peta. gambaran yang duberikan peta sangat berfungsi bagi pembacanya. untuk itu silahkan lihat contoh peta diatas. atau silahkan klik peta komplit yang satu ini..


(Cerpen) Praktikum Ikhtiologi



PRAKTIKUM IKHTIOLOGI


Salah satu program mata kuliah jurusan perikanan adalah praktikum ikhtiologi, dimana praktikum tersebut menjadi salah satu penentu kelulusan pencapaian SKS yang di programkan pada semester ganjil. Untuk melulusi mata kuliah tersebut kita harus menjalani mata kuliah ini dengan sentuhan manajemen.
Praktikum ikhtiologi dilakukan dalam beberapa pekan dan dengan pengelompokkan mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Salah satu kelompok tersebut adalah kelompok 2 yang melakukan praktikum ini dengan manajemen. Cuplikan tersebut sebagai berikut :

Asisten             : “Nama-nama kelompok 2, eka, aswan ince, taufiq, asni, jirana”.
Eka                  : “ Iya kak, lalu... apa yang harus dipersiapkan untuk praktikum ini?” salah satu praktikum dari kelompok 2 bertanya kepada asisten.
Asisten             : “ Oh, yang harus dibawa adalah ikan, 10 jenis ikan”. Tegas asisten.
            Setelah pembagian kelompok, eka pun menjadi ketua kelompok dan membagi tugas kepada anggotanya.
Eka                  : “ wei teman... siniki dulu, ada mau ku tanyaki...” sambil berbicara menghadap ke teman-teman kelompok lainnya.
Taufiq              : “ Iye,,, knapaki ?” salah satu teman kelompok 2 menjawab dan balik bertanya.
Eka                  : “ Begini teman e,,, kita kan di suruh bwa ikan, baru banyaknya lagi. Pusingku kau e,,, bagi tugas dulu e...”
Asni                 : “ Oh io tawwa,,, apami paeng ku cari saya?”
Eka                  : “ jadi begini e,,, kamu asni, cari ikan gabus dan ikan lele. Kamu ince,,, cari ikan buntala dengan ikan cakalang. Kamu taufiq, cari ikan sembilang sama ikan layar. Kamu jirana cari ikan mas dengan ikan julung-julung. Kamu aswan jadi ojek saja, bonceng semua yang mau pergi di paotere”. Eka pun berusaha membagi-bagi tugas.
Setelah eka membagi tugas, para anggota kelompok 2 akhirnya berpencar dan langsung mencari apa yang telah ditugaskan.
***

Tugas pun dilaksanakan dengan baik, meskipun ada salah satu dari anggota kelompok tidak menemukan beberapa ikan yang akan digunakan sebagai bahan percobaan. Akan tetapi ikan yang tidak ditemukan dilaporkan kepada asisten masing-masing kelompok dan asistenpun melengkapi ikan yang kurang.
Bahan yang di inginkan terkumpul dan praktikum pun di mulai. Satu persatu bahan di identifikasi, di teliti dan di gambar. Hal tersebut dilakukan dalam beberapa jam. Samapai akhirnya praktikum selesai, asisten langsung menilai dan mengumumkan kepada mahasiswa yang mengikuti praktikum ini bahwa kelompok terbaik adalah kelompok 2. Menurut asisten, kelompok 2 dinilai terbaik dari kelompok lain, di karenakan proses pengidentifikasian benar-benar tercapai, proses penilitiannya pun sangat detail dan gambar yang dihasilkan begitu menarik, sehingga memang wajar kelompok 2 menjadi yang terbaik menurut asisten. Menurut kelompok 2, menjadi kelompok yang terbaik karena di terapkannya manajemen.





(Edukasi) Pukat Kantong (Seine Net)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pukat kantong (seine net) merupakan alat tangkap yang banyak kita temukan di perairan Indonesia. Selain karena alat tangkap ini member hasil yang cukup besar bagi nelayan, alat ini juga ramah lingkungan dan disetujui penggunaannya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia. Dalam perkembanganya pukat kantong terus mengalami kemajuan baik dalam hal distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing daerah mungkin akan mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami perubahan sesuai dengan keinginan penduduk setempat. Sebagai alat tangkap yang banyak digunakan di Indonesia, tentunya kita perlu mengetahui dan memahami seluk beluk alat ini. Oleh karena itu, di makalah ini kita akan menemukan informasi-informasi berguna tentang pukat kantong, baik mengenai sejarah, klasifikasi, dan metodologi penangkapan.

I.2 Tujuan 
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai alat tangkap yang ramah lingkungan dengan beracuan pada keputusan menteri dan undang-undang yaitu pada PP No.11 tahun 2009.

I.3 Manfaat
Dalam makalah penyusun memberi informasi tentang “seine net atau pukat kantong” sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang pukat kantong.


BAB II
PEMBAHASAN 
II.1 Definisi pukat kantong
Definisi pukat kantong (seine net) adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp). Alat ini tergolong tradisional, tidak merusak lingkungan, dan ukurannya masih relatif kecil. Pukat kantong terdiri atas payang, dogol, dan pukat pantai.

II.2 Sejarah pukat kantong
Sejarah pukat kantong pertama kali dikembangkan di Denmark yang disebut dengan “Danish seine”. Seiring dengan perkembangan waktu munculah modifikasi-modifikasi dari “Danish seine” ini, yaitu payang (lampara) dan pukat pantai. Awalnya pukat kantong digunakan untuk menangkap salmon di Columbia river, Oregon,1914.
Di Indonesia sendiri pukat kantong ini sudah digunakan untuk menangkap ikan sejak zaman Belanda atau sekitar tahun 1930-an. Pada masa itu harga bahannya masih relatif mahal, hanyan para pegawai pemerintah Hindia Belanda saja yang memiliki, sedangkan bahan untuk membuatnya pun masih sederhana, alat ini pada masa itu terbuat dari benang kapas dicampur dengan getah bakau pada bagian jaringnya, dan tali penarik terbuat dari penjalin dengan daya awet alat yang hanya dapat mencapai kurang lebih selama 2 tahun.

II.3 Klasifikasi dan penggolongan pukat kantong
Klasifikasi dan penggolongan (seine net) berdasarkan stasistik perikanan Indonesia pukat kantongdikatagorikan menjadi 3 bagian:
-Payang (termasuk lampara)
-Dogol (Danish seine)
-Pukat pantai
Sedangkan menurut (Internasional Standar Statistical Clasification Fishing Gear) pukat kantong masuk dalam kategori pukat. Jika ditinjau dari sifat alat ini, pukat kantong termasuk dalam kategori alat tangkap aktif, karena pukat kantong adalah alat tangkap yang digerakkan memburu ikan, sehingga ikan tertangkap.
 
II.4 Konstruksi alat tangkap
Pada prinsipnya pukat kantong terdiri dari bagian-bagian seperti kantong, sayap atau kaki dan tali panjang. Bagian kantong berbentuk kerucut, bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis seperti waring karuna, nilon, dan bahan dari plastik. Pada mulut di kantong kanan kirinya dihubungkan dengan kaki atau sayap, sedang pada bagian ujung belakang yang disebut ekor diberi tali yang dapat dengan mudah dibuka dan diikatkan untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Bagian kaki atau sayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya. Besar mata bagian kaki bervariasi mulai dari 6,5 cm pada ujung depan dan mengecil pada bagian pangkalnya. Pada bagian ujung depan kaki diberi atau dihubungkan dengan kayu cengkal (brail or preader). Pada tiap ujung kaki, yaitu pada ris atas dan bawah diikatkan tali yang telah diikatkan pada kayu cengkal kemudian disambungkan dengan tali hela (tali slambar, hauling line) yang panjang dan dapat dibuat menurut kebutuhan. Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung, ada tiga macam pelampung yang sering digunakan yaitu:
-pelampung raja,
-pelampung biasa,dan
-pelampung.
Sedangkan pada ris bawah diikatkan dua macam pemberat yaitu dari timah dan pemberat dari rantai besi yang jarak antara satu dengan yang lainnya saling berjauhan.

II.5 Detail Konstruksi Alat Tangkap Pukat Kantong
Pukat kantong terdiri dari tiga bagian penting yaitu kantong (bag), badan (shoulder) dan sayap (wings). Masing-masing bagian masih terdiri atas beberapa sub bagian lagi
1. Sayap (Wings)
Sayap merupakan perpanjangan dari bahan jaring, berjumlah sepasang terletak pada masing-masing sisi jaring. Masing-masing sayap terdiri atas:
1.       Ajuk-ajuk, yang berada di ujung depan dan biasanya terbuat dari polyethyline
2.       Gembungan yang terdapat di tengah dan biasanya juga terbuat dari polyethylene
3.       Clangap yang berada di dekat badan dan biasanya juga terbuat dari polyethyline atau bahan sintetis lainnya.
2. Kantong (Bag)
Kantong berfungsi sebagai tampat ikan hasil tangkapan, berbentuk kerucut pada ujungnya diikat sebuah tali sehingga ikan-ikan tidak lolos. Kantong terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai ukuran mata yang berbeda-beda. Kantong terdiri dari dua bagian, pada umumnya bagian depan berukuran mata sekitar 14 mm, berjumlah sekitar 290 dan panjang sekitar 2,20 m. Bagian belakang kira kira memiliki ukuran mata 13 mm, dengan jumlah sekitar 770, dan panjang sekitar 4 m.
3. Badan (Shoulder)
Bagian badan jaring terletak di tengah-tengah antara kantong dan kedua sayap. Berbentuk bulat panjang berfungsi untuk melingkupi ikan yang sudah terperangkap agar masuk ke kantong. Badan terdiri atas bagian depan yang mempunyai ukuran matayang lebih kecil daripada bagian belakang dan dengan panjang serta jumlah mata yang lebih banyak daripada bagian belakang.
Kedudukan pukat kantong di perairan sangat ditentukan oleh keberadaan pelampung dan pemberat pukat kantong.
1. Pemberat (Sinker) Pemasangan pemberat pada umumnya ditempatkan padabagian bawah alat tangkap. Fungsinya agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap pada posisinya meskipun mendapat pengaruh dari arus serta membantu membuka mulut jaring kearah bawah.
2. Pelampung (Floats)Sesuai dengan namanya fungsi pelampung digunakan untuk memberi daya apung atau untuk mengapungkan dan merentangkan sayap serta membuka mulut jaring ke atas pada alat tangkap pukat pantai.Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas pukat kantong juga menggunakan tali temali. Tali tamali yang terdapat dalam pukat pantai ada tiga jenis, yaitu:
1. Tali Penarik (Warps) dan Tali Goci (Bridles)
        Terletak pada dua ujung sayap, berfungsi untuk menarik jaring pukat kantong pada setiap operasi penangkapan. Tali iniditarik dari pantai oleh nelayan atau dengan bantuan mesin atau tergantung dengan panjang dan besarnya pukat kantong.
2. Tali Ris Atas (Lines)
Berfungsi sebagai tempat untuk melekatnya jaring padabagian atas dan pelampung. Tali ini terletak pada kedua sayap
3. Tali Ris Bawah (Ground Rope)
 Tali ini berfungsi sebagai tempat melekatnya jaring padabagian bawah dan pemberat. Tali ini terletak pada kedua sayap jaring.
3. Karakteristik Alat Tangkap Pukat Pantai
Alat tangkap pukat kantong termasuk jenis pukat yang berukuran besar. Banyak dikenal di daerah pantai utara Jawa,Madura, Cilacap, Pangandaran, Labuhan,Pelabuhan Ratu, Maringge(Sumatra Selatan). Prinsip pengoperasianya adalah menelusuri bagian tengah (pelagik) dan dasar perairan (demersal).Kantong pada pukat kantong biasanya berbentuk kerucut dan terbuat dari katun maupun bahan sintetis lain.
4. Bahan dan Spesifikasinya
Seperti yang telah disebutkan pada konstruksi maupun detail konstruksi, pada prinsipnya pukat kantong terdiri dari bagian-bagian kantong yang berbentuk kerucut yang bisa dibuat dari bahan waring, katun maupun bahan sintetis lain seperti waring karuna,nilon bahan dari plastic maupun polyethylene (PE). Bagian kaki atausayap dibuat dari bahan benang katun atau bahan sintetis lainnya.Pada bagian atas mulut dan kaki diikatkan pelampung. Pelampungini kebanyakan terbuat dari bahan sintetis yang bersifat mudahmengapung atau tidak tenggelam dan biasanya berbentuk silinder.Sedangkan pada ris bawah diikatkat pemberat yang bisa terbuatdari timah atau dapat pula digunakan rantai besi. Pada masa dahulumasih digunakan pemberat yang terbuat dari bahan liat maupunbatu. Namun sekarang sudah jarang digunakan karena dayaawetnya rendah.

II.6 Hasil Tangkapan 
Hasil tangkapan yang diperoleh dengan alat tangkap pukatkantong untuk payang dan dogol adalah ikan-ikan yangberkelompok (skulling) seperti tuna, cakalang, tongkol dll. Sedangkan untuk pukat pantai adalah jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan demersal dan udang antara lain yaitu; pari (rays),cucut (shark),teri (stolepharus spp), bulu ayam (setipinna spp),beloso (saurida spp), manyung (arius spp), sembilang (plotosusspp), krepa (epinephelus spp), kerong-kerong (therapon spp), gerot-gerot (pristipoma spp), biji nangka (parupeneus spp), kapas-kapas(gerres spp), petek (leiognathus spp), ikan lidah dan sebelah(psettodidae), dan jenis jenis udang (shrimp).Sedangkan untuk pembagian hasil tangkapan, hal ini sudahdiatur sesuai dengan undang-undang no 16 tahun 1964 tentangpembagian hasil usaha perikanan tangkap untuk operasipenangkapan ikan di laut dengan menggunakan perahu layar,nelayan penggarap minimal mendapat 75% dari hasil usaha bersih.

II.7 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yangcocok untuk penangkapan ikan dimana alat tangkap dapat kita operasikan secara maksimum. Syarat-syarat suatu daerah dapat dikatakan sebagai daerahpenangkapan ikan bila :
1. Terdapat ikan yang berlimpah jumlahnya
2. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah3. Secara ekonomis daerah sangat berharga atau kondisi dan posisi daerah perlu diperhitungkan.

II.8 Peraturan Mengenai Alat Tangkap
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PENGGUNAAN PUKAT IKAN (FISH NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA.
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak  dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
2. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang selanjutnya disebut ZEEI adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis pangkal laut teritorial Indonesia.
3. Pukat ikan (fish net) adalah jenis alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang dilengkapi sepasang papan pembuka mulut jaring (otter board) tanpa bola gelinding (bobbin) dan rantai pengejut (tickler chain), dengan tujuan utama untuk menangkap ikan yang dalam pengoperasiannya dihela melayang hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.
4. Tali penarik (warp) adalah tali yang digunakan untuk menarik jaring, berupa tali baja atau bahan lainnya, dengan panjang dan diameter disesuaikan dengan kebutuhan.
5. Papan pembuka (otter board) adalah alat untuk membuka mulut jaring yang terbuat dari bahan logam, papan kayu, atau bahan lainnya berbentuk persegi empat atau oval, dengan ukuran sesuai ukuran jaring.
6. Tali lengan (hand rope) adalah tali yang menghubungkan bagian sayap dengan papan pembuka, terbuat dari tali baja (wire rope), atau tali lainnya.
7. Sayap jaring (wing) adalah bagian jaring paling depan berfungsi sebagai penggiring ikan agar masuk ke mulut jaring.
8. Mulut jaring adalah bagian jaring yang dibatasi di bagian atas oleh tali ris atas (head rope) dan di bagian bawah oleh tali ris bawah (ground rope).
9. Tali ris atas (head rope) adalah seutas tali yang dipergunakan untuk tempat mengikat sayap dan badan jaring bagian atas, serta tempat mengikat pelampung terbuat dari bahan sintetik PE (Poly Etylene) atau bahan lainnya.
10. Tali ris bawah (ground rope) adalah seutas tali yang dipergunakan untuk tempat mengikat sayap dan bahan jaring bagian bawah serta tempat mengikatkan pemberat, yang terbuat dari bahan baja, combination rope, bahan sintetik PE (Poly Etylene), atau bahan lainnya.
SJDI/Biro Hukum dan Organisasi-DKP
11. Badan jaring (body) adalah bagian jaring terbesar, berbentuk kerucut terpotong, menghubungkan bagian sayap dari kantong (cod-end), terbuat dari bahan jaring sintetik dan berfungsi untuk menampung ikan sebelum masuk ke dalam kantong.
12. Kantong (cod-end) adalah bagian jaring paling belakang terbuat dari bahan sintetik PE (Poly Etylene) atau bahan sintetik lainnya dengan lebar mata jaring (mesh size) sekurang-kurangnya 5 (lima) centimeter.
13. Pemberat adalah benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring yang terbuat dari timah atau logam bukan berbentuk rantai, tersusun pada tali pemberat diikatkan pada tali ris bawah atau dipasang pada tali penarik jaring bagian bawah (lowerbridle).
14. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP).
15. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang Kelautan dan Perikanan.
16. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

 BAB III
PENUTUP

II.1 Kesimpulan
1.    Pukat kantong (seine net) adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuk kerucut yang terdiri dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp).
2.    Daerah penangkapan ikan adalah suatu daerah perairan yangcocok untuk penangkapan ikan dimana alat tangkap dapat kita operasikan secara maksimum.

II.2 Saran
1.    Agar tercipta makalah yang sempurna, perlu adanya koneksi yang baik antara dosen dengan mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapa t menanyakan langsung kepada dosen apabila terdapat kesulitan dalam pembuatan makalah ini.
2.    Sebaiknya waktu yang diberikan untuk membuat makalah ini cukup lama, agar mahasiswa dapat betul-betul memahami apa yang ingin dimuat dalam makalah ini.